Selasa, 01 Maret 2016

PENPENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR DAN OUTDOOR



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kapada Allah SWT dan Alhamdulillah saya telah menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Statistik yang berjudul “Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor dan Outdoor”.
Suatu kebahagiaan bagi saya apabila kami dapat mempersembahkan makalah ini sebagai tugas mandiri kepada bapak, namun saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun menjadi kekuatan saya untuk menjadi lebih baik dalam persembahan tugas berikutnya.
Semoga tugas yang kami buat dapat bermanfaat, khususnya bagi saya yang membuat dan umumnya bagi kita semua, amin.




Garut, Maret 2016 








DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………...…i
Daftar isi…………………………………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………...………………………………………………1
A.     Latar belakang……………………………………………………………………………..1
B.     Rumusan masalah……………………………...………………………………………….1
C.     Tujuan………………………………………...…………………………………………...1
BAB II
 PEMBAHASAN…………………………………………………………...……………………..2
1.      Pengertian pengelolaan lingkungan belajar……………………………………………….2
2.      Lingkungan belajar indoor……………………………………….………………………..4
3.      Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009...............................8
4.      Lingkungan belajar outdoor ……………………………..………………………………..9
5.      Tujuan anak belajar outdoor………………………...…………………………………...12
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………..14
A.     Kesimpulan…………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….16







BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang masalah

Berbagai hal yang mempengaruhi hasil belajar anak usia dini, salah satunya adalah kondisi lingkungan belajar yang kondusif. Oleh karena itu, peranan guru sangatlah penting dalam pengelolaan lingkungan belajar. Pengelolaan lingkungan belajar yang kondusif akan mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku anak sehingga dapat terfasilitasi secara optimal.
Karena permasalahan tersebut kali ini saya ingin membahas pengelolaan lingkungan belajar outdoor dan indoor dan mempelajari bagaimana cara pengelolaanya agar anak didik kita dapat tumbuh kembang baik secara fisik motorik, kognitif ataupun sosialisasi anak.

B.     Rumusan masalah
6.      Apa pengertian pengelolaan lingkungan belajar ?
7.      Bagaimana lingkungan belajar indoor ?
8.      Bagaimana Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 ?
9.      Bagaimana lingkungan belajar outdoor ?
10.   Apa tujuan anak belajar outdoor ?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui apa pengertian pengelolaan lingkungan belajar
2.      Mengetahui bagaimana lingkungan belajar indoor
3.      Memahami bagaimana Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
4.      Mengetahui Bagaimana lingkungan belajar outdoor
5.       memahami tujuan anak belajar outdoor
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian pengelolaan lingkungan belajar
Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen. Menurut suharsimi arikunto(1990:2) pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan. Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Menurut Huta barat (1986) lingkungan belajar yaitu lingkungan yang alami dan lingkungan sosial, lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia. Menurut dun dan dun (1999) kondisi belajar atau lingkungan belajar dapat mempengaruhi konsentrasi dan penerimaan informasi bagi siswa, jadi lingkungan belajar adalah lingkungan alami yang diciptakan oleh guru atau orang lain yang bisa menambah konsentrasi siswa dan pengetahuan siswa secara efisien.
Proses pembelajaran bisa berlangsung pada banyak lingkungan yang berbeda, tidak hanya terikat pada ruang kelas akan tetapi bisa pada lingkungan umum seperti masjid, museum, lapangan dan juga bisa berlangsung di sarana dan prasarana sekolahan.
Secara keseluruhan istilah pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku anak sehingga dapat terfasilitasi secara optimal.
Pengelolaan belajar dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian , yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik. Lingkungan fisik merupakan suatu tempat atau suasana (keadaan) terdiri dari objek, materi dan ruang yang mempengaruhi pertumbuhan manusia. Lingkungan fisik terdapat 2 jenis lingkungan yaitu lingkungan indoor dan outdoor.

B.Lingkungan belajar indoor
Sesuai dengan karakteristiknya, masa usia dini disebut masa peka. Pada masa ini anak sangat sensitif atau sangat peka terhadap sesuatu di sekitarnya sehingga pada masa ini merupakan saat yang paling tepat bagi anak untuk menerima respons atau rangsangan  yang diberikan oleh lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan sebagai unsur yang menyediakan sejumlah rangsangan perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian rupa, agar menyediakan objek- objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan yang matang. Ketepatan lingkungan belajar secara langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang akan dicapai anak.
Idealnya dalam pengelolaan lingkungan belajar adalah penggabungan dari dua hal, guru yang superior yaitu memadai dalam pengetahuan dan pengalamannya, dilengkapi ruangan dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan minat anak.
Ms. Johnson (dalam Luluk Asmawati, 2014:3.5) mempunyai pandangan yang ekstrim yaitu, pada kenyataannya seorang anak akan lebih tertarik pada lingkungan kelas dan pembelajaran tertentu yang membutuhkan tantangan untuk membuat kegiatan sehari- hari berjalan dengan menyenangkan. Pendapat ini menunjukkan bahwa, faktor lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membedakan kualitas program di lembaga PAUD, oleh karena itu guru harus berhati-hati dalam merencanakan dan mengorganisir ruang kelas dan peralatannya.
Pandangan konstruktivis yang dimotori oleh dua orang ahli psikologi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky berasumsi bahwa anak adalah pembangun pengertian yang aktif. Anak mengonstruksi/ membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan.
Para ahli konstruktivis meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia di sekeliling mereka. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka dengan menyintesis pengalaman- pengalaman baru dengan berbagai hal yang telah mereka pahami sebelumnya.
Pendekatan konstruktivis ini menekankan pada pentingnya keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Untuk itu maka guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari anak
Panduan National Association Education for the Young Children (NAEYC) dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice (DAP)(1991) menyatakan bahwa anak- anak pada semua usia membutuhkan periode tanpa interupsi untuk melakukan berbagai kegiatan yang meliputi investigasi dan kegiatan pilihan (dikutip dari Luluk Asmawati, 2014: 3.7). Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan kegiatan pilihan bagi anak adalah menyiapkan lingkungan belajar dengan berbagai kegiatan pilihan yang merangsang dan menantang meskipun bukan berarti harus dengan peralatan yang lengkap.
Persiapan dan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak, para penanggung jawab biasanya mulai dari peralatan dan persediaan dan hal lainnya yang tercakup, sering kali harus membuat keputusan secara hati- hati, seperti berikut ini.
       a. Memilih dan menyediakan beberapa peralatan dan persediaan yang sesuai perkembangan
       b. Menata peralatan dan persediaan dalam cara terorganisasi
 c. Menciptakan jadwal harian secara rutin dan konsisten dengan masa transisi yang fleksibel
     Contoh kegiatan pembelajaran anak indoor
NO
NAMA SISWA
JENIS KELAMIN
 1
ALFACHRIZY
L
2
BAYU ADITIO
L
3
ENDRIO
L
4
ARSYIL
L
5
RAFA AKMAL
L
6
RAHSYA
L
7
RIZKY M ILHAM
L
8
ABIL AHMAD
L
9
SHIFA
P
10
SEASILK
P
11
HASNA
P
12
KAYLA
P
13
MAUDY
P
14
RANIA
P
15
ZULFA
P

JENIS KELAMIN
JUMLAH
RELATIF
p
7
46.67%
l
8
53.33%

15
100%


Data siswa yang mampu dalam hafalan
JENIS KELAMIN
JUMLAH
RELATIF
HAFALAN
JUMLAH
RELATIF
p
7
46.67%
P
7
47%
l
8
53.33%
L
8
53%

15
100%

15
100%




Data siswa yang mulai berkembang dan sudah berkembang dalam pembelajaran IQRA
JENIS KELAMIN
JUMLAH
RELATIF
HAFALAN
JUMLAH
RELATIF
IQRA
MB
BERKEMBANG
JUMLAH
RELATIF
p
7
46.67%
P
7
47%
P
4
3
7
47%
l
8
53.33%
L
8
53%
L
5
3
8
53%

15
100%

15
100%

9
6
15
100%



C. Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
Standar Sarana dan Prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD.
1.      Prinsip:
a.     Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.
b.     Sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c.     Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai.
2.      Persyaratan
a.        PAUD Jalur Pendidikan Formal
1)      Luas lahan minimal 300 m2.
2)      Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
3)      Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
4)     Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5)       Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
b.      PAUD Jalur Pendidikan Nonformal
1)      Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 per perseta didik.
2)      Minimal memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.
3)      Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani.
4)      Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5)       Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang

D. Lingkungan belajar outdoor
Ada dua alasan penting mengapa bermain outdoor diperuntukkan anak usia dini. Pertama, banyak kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan. Kedua, kebiasaan orang tua yang menjauhkan bermain outdoor dari anak-anak dan lebih memilih menggunakan komputer dan menonton televisi, orang tua yang sibuk dan terlalu lelah dengan aktivitasnya, serta standar pendidikan yang tinggi dan ketat menyebabkan anak jauh dari kegiatan bermain.
Bermain outdoor sangat menyenangkan dan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal yang paling penting dari penataan lingkungan outdoor adalah anak mendapatkan pengalaman yang unik. Misalnya, science, yang datang dengan  sendirinya secara natural, yaitu bereksplorasi dan mengobservasi dengan tangannya sendiri. Anak dapat melihat tanaman-tanaman tumbuh dan mengikuti perubahan musim. Anak-anak melihat tentang perubahan warna, memegang kulit kayu sebatang pohon, mendengar suara jangkrik atau mencium udara setelah hujan turun, anak-anak menggunakan semua perasaan mereka untuk belajar tentang dunianya. Seni, musik, membaca, bermain peran, bermain konstruktif, bermain sosial dan boneka juga dapat dibawa ke dalam semua area outdoor.
Tempat yang besar adalah salah satu ciri dari lingkungan outdoor menjadi sempurna bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan otot-otot besar, misalnya berlari dan memanjat. Menggunakan perlengkapan di area bermain juga dapat meningkatkan ketahanan, keseimbangan, dan koordinasi tubuh.
Dalam creative curriculum, lingkungan bermain outdoor adalah hal yang memerlukan perhatian yang sama dengan kegiatan di dalam kelas. Hal ini berarti bahwa berbagai pengembangan dipelajari (sosial-emosional, kognitif, dan fisik) yang dimasukkan dalam kegiatan indoor juga masuk dalam kegiatan outdoor.
Data siswa dan jenis pembelajaran yang disukai
JENIS KELAMIN
JUMLAH
RELATIF
INDOOR
OUTDOOR
JUMLAH
RELATIF
p
7
46.67%
2
5
10
0.555556
l
8
53.33%
3
5
8
44.44%

15
100%
5
10
18
100.00%




E. Tujuan anak belajar outdoor
1. Tujuan Perkembangan Sosial Emosional
a. Mendemonstrasikan kemampuan sosial dengan membantu merawat taman, berpartisipasi dalam permainan bersama teman sebaya.
b. Berunding dan kompromi serta kooperatif dengan sesama teman dalam menggunakan peralatan yang ada di arena bermain, berbagi alat-alat seni, bermain kelompok.
c. Mengekspresikan kreativitas, dengan membuat berbagai benda seni. mengembangkan permainan baru.
d.  Mempertinggi rasa percaya diri (mampu belajar untuk menggunakan motorik halus dan motorik kasar).
e.   Menambah kemandirian, seperti mendaki sendiri atau turun dengan menggunakan tali tanpa bantuan.
f.  Menunjukkan prestasi yang dibanggakan, seperti memperlihatkan kekuatan fisik, membawa hewan peliharaan, membawa tumbuhan yang ditanam dari bibit.

2.      Tujuan Perkembangan Kognitif.
a.  Membuat keputusan (memilih sebuah aktivitas outdoor).
b. Merencanakan dan memiliki banyak ide (bermain games, membangun balok, melakukan permainan tukang kayu, membuat karya seni, menanam pohon).
c.  Memecahkan masalah (membuat terowongan di bukit pasir, dapat bermain dari satu alat permainan ke alat permainan lainnya).
d.  Menggali pengalaman melalui berbagai peran, seperti menjadi sopir ambulans, mengecat pagar dengan air, mencuci boneka atau menghidangkan makanan.
e. Dapat bekerja sama (bermain pasir bersama dengan menambahkan sedikit air, berkejar-kejaran hingga menjadi basah).
f. Belajar science (berjalan di alam terbuka, mengamati pertumbuhan tanaman, memperhatikan hewan-hewan yang ada di alam bebas).
g.      Mengembangkan pemahaman konsep awal matematika (menghitung lompatan atau loncatan, menghitung jarak, mengukur tinggi pohon).
h.      Memperkaya kosakata (bercakap-cakap di bak pasir atau pada saat menjadi tukang kayu, memberikan nama baru pada tanaman, binatang dan benda-benda yang ditemukan di alam terbuka).

3.      Tujuan Perkembangan Fisik
a. Mengembangkan motorik kasar (mendaki, bergelayutan, melompat, loncat tali dan berlari-lari).
b.    Mengembangkan motorik halus (bermain dengan air dan pasir, menggambar, melukis, mengumpulkan benda-benda kecil).
c. Menambah koordinasi gerakan dengan mata dan tangan (menangkap, melempar, pekerjaan tukang kayu, menghias sisi jalan dengan kapur).
d.    Mengatur keseimbangan (mendaki, berayun, meluncur, menggunakan balok untuk berlatih keseimbangan, menggunakan alat pelontar, melompat-lompat, berjalan di atas permukaan yang berbeda).
e. Menambah kesadaran akan ruang dan tempat (berayun, mendaki, menurun, masuk, keluar, di atas dan di bawah).
f.     Menunjukkan ketekunan dan ketahanan, bermain pada area mendaki, menancapkan ujung kuku pada pohon.

Prinsip – prinsip dalam pengelolaan lingkungan
a.Prinsip merefleksikan selera anak (child’s tastes)

            1) Dari sudut aktivitas yang disediakan
2) Dari sudut dukungan fasilitas
lingkungan belajar dapat sesuai dengan selera anak, baik itu berkenaan dengan pilihan warna, pilihan bentuk, pilihan ukuran, pilihan bahan, maupun berkenaan dengan variasi pilihan.

b. Prinsip berorientasi pada optimalisasi perkembangan dan belajar anak
Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu, pembelajar sepanjang hayat, quantum learning, pendekatan belajar melalui bermain, pengorganisasian pesan-pesan pembelajaran.

c. Prinsip berpijak pada efisiensi pembelajaran
Guru menguasai ruang lingkup pembelajaran, menguasai berbagai cara mengaktifkan anak yang mendidik dan bermakna, menguasai karakteristik perkembangan anak, kemampuan dalam mengendalikan dirinya sendiri secara baik.
                                                                                             
  Prinsip Penataan Area Bermain Outdoor Pada Anak Usia Dini
1.      Memenuhi Aturan Keamanan
2.      Melindungi dan Meningkatan Karakteristik Alamiah Anak
3.      Desain Lingkungan Luar Kelas Harus Didasarkan pada Kebutuhan Anak
4.      Secara Estetis Harus Menyenangkan




















BAB III
PENUTUP


A.     KESIMPULAN

Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen. Menurut suharsimi arikunto(1990:2) pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan. Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Menurut Huta barat (1986) lingkungan belajar yaitu lingkungan yang alami dan lingkungan sosial, lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia. Menurut dun dan dun (1999) kondisi belajar atau lingkungan belajar dapat mempengaruhi konsentrasi dan penerimaan informasi bagi siswa, jadi lingkungan belajar adalah lingkungan alami yang diciptakan oleh guru atau orang lain yang bisa menambah konsentrasi siswa dan pengetahuan siswa secara efisien.
Persiapan dan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak, para penanggung jawab biasanya mulai dari peralatan dan persediaan dan hal lainnya yang tercakup, sering kali harus membuat keputusan secara hati- hati, seperti berikut ini.
a. Memilih dan menyediakan beberapa peralatan dan persediaan yang sesuai perkembangan
                        b. Menata peralatan dan persediaan dalam cara terorganisasi
c. Menciptakan jadwal harian secara rutin dan konsisten dengan masa transisi yang fleksibel.

Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD.
1.      Prinsip:
a.     Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.
b.     Sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c.     Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai.
2.      Persyaratan
a.        PAUD Jalur Pendidikan Formal
1)      Luas lahan minimal 300 m2.
2)      Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
3)      Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
4)     Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5)       Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
b.      PAUD Jalur Pendidikan Nonformal
1)      Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 per perseta didik.
2)      Minimal memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.
3)      Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani.
4)      Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5)       Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang.
Ada dua alasan penting mengapa bermain outdoor diperuntukkan anak usia dini. Pertama, banyak kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan. Kedua, kebiasaan orang tua yang menjauhkan bermain outdoor dari anak-anak dan lebih memilih menggunakan komputer dan menonton televisi, orang tua yang sibuk dan terlalu lelah dengan aktivitasnya, serta standar pendidikan yang tinggi dan ketat menyebabkan anak jauh dari kegiatan bermain.
Tujuan anak belajar outdoor
1.      Tujuan Perkembangan Sosial Emosional
2.      Tujuan perkembangan kognitif
3.      Tujuan perkembangan fisik.


















DAFTAR PUSTAKA


http://dzakiyah13.blogspot.co.id/2013/04/pengelolaan-lingkungan-belajar.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar