KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kapada Allah SWT dan Alhamdulillah saya telah
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Statistik yang
berjudul “Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor dan Outdoor”.
Suatu
kebahagiaan bagi saya apabila kami dapat mempersembahkan makalah ini sebagai
tugas mandiri kepada bapak, namun saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun menjadi kekuatan
saya untuk menjadi lebih baik dalam persembahan tugas berikutnya.
Semoga
tugas yang kami buat dapat bermanfaat, khususnya bagi saya yang membuat dan
umumnya bagi kita semua, amin.
Garut, Maret 2016
DAFTAR
ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………...…i
Daftar isi…………………………………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………...………………………………………………1
A.
Latar belakang……………………………………………………………………………..1
B.
Rumusan masalah……………………………...………………………………………….1
C.
Tujuan………………………………………...…………………………………………...1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………...……………………..2
1.
Pengertian pengelolaan lingkungan
belajar……………………………………………….2
2.
Lingkungan belajar indoor……………………………………….………………………..4
3.
Sarana dan Prasarana Menurut
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009...............................8
4.
Lingkungan belajar outdoor ……………………………..………………………………..9
5.
Tujuan anak belajar
outdoor………………………...…………………………………...12
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………..14
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Berbagai hal yang
mempengaruhi hasil belajar anak usia dini, salah satunya adalah kondisi
lingkungan belajar yang kondusif. Oleh karena itu, peranan guru sangatlah
penting dalam pengelolaan lingkungan belajar. Pengelolaan lingkungan belajar
yang kondusif akan mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan
berkonsentrasi. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
pengelolaan lingkungan
belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan
perilaku anak sehingga dapat terfasilitasi secara optimal.
Karena permasalahan
tersebut kali ini saya ingin membahas pengelolaan lingkungan belajar outdoor
dan indoor dan mempelajari bagaimana cara pengelolaanya agar anak didik kita
dapat tumbuh kembang baik secara fisik motorik, kognitif ataupun sosialisasi
anak.
B.
Rumusan
masalah
6.
Apa pengertian pengelolaan lingkungan
belajar ?
7.
Bagaimana lingkungan belajar indoor ?
8.
Bagaimana Sarana dan Prasarana Menurut
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 ?
9.
Bagaimana lingkungan belajar outdoor ?
10. Apa tujuan anak belajar outdoor ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui apa pengertian pengelolaan
lingkungan belajar
2.
Mengetahui bagaimana lingkungan belajar
indoor
3.
Memahami bagaimana Sarana dan Prasarana
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
4.
Mengetahui Bagaimana lingkungan belajar
outdoor
5.
memahami
tujuan anak belajar outdoor
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
pengelolaan lingkungan belajar
Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran
an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga
memenejemen. Menurut suharsimi arikunto(1990:2) pengelolaan adalah
pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang
berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar
atau pendidikan. Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Menurut Huta barat (1986) lingkungan belajar yaitu lingkungan yang alami
dan lingkungan sosial, lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud
manusia. Menurut dun dan dun (1999) kondisi belajar atau lingkungan belajar dapat mempengaruhi konsentrasi dan penerimaan informasi bagi siswa, jadi lingkungan belajar adalah lingkungan
alami yang diciptakan oleh guru atau orang lain yang bisa menambah konsentrasi
siswa dan pengetahuan siswa secara efisien.
Proses pembelajaran bisa berlangsung pada banyak lingkungan yang berbeda,
tidak hanya terikat pada ruang kelas akan tetapi bisa pada lingkungan umum
seperti masjid, museum, lapangan dan juga bisa berlangsung di sarana dan
prasarana sekolahan.
Secara keseluruhan
istilah pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku anak sehingga dapat terfasilitasi secara
optimal.
Pengelolaan belajar
dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian , yaitu lingkungan fisik dan lingkungan
non-fisik. Lingkungan fisik merupakan suatu tempat atau suasana (keadaan)
terdiri dari objek, materi dan ruang yang mempengaruhi pertumbuhan manusia.
Lingkungan fisik terdapat 2 jenis lingkungan yaitu lingkungan indoor dan
outdoor.
B.Lingkungan belajar indoor
Sesuai dengan
karakteristiknya, masa usia dini disebut masa peka. Pada masa ini anak sangat
sensitif atau sangat peka terhadap sesuatu di sekitarnya sehingga pada masa ini
merupakan saat yang paling tepat bagi anak untuk menerima respons atau
rangsangan yang diberikan oleh
lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan sebagai unsur yang menyediakan
sejumlah rangsangan perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian
rupa, agar menyediakan objek- objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
anak. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan yang matang. Ketepatan lingkungan
belajar secara langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi proses
dan hasil belajar yang akan dicapai anak.
Idealnya dalam
pengelolaan lingkungan belajar adalah penggabungan dari dua hal, guru yang
superior yaitu memadai dalam pengetahuan dan pengalamannya, dilengkapi ruangan
dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan minat anak.
Ms. Johnson (dalam Luluk
Asmawati, 2014:3.5) mempunyai pandangan yang ekstrim yaitu, pada kenyataannya
seorang anak akan lebih tertarik pada lingkungan kelas dan pembelajaran
tertentu yang membutuhkan tantangan untuk membuat kegiatan sehari- hari
berjalan dengan menyenangkan. Pendapat ini menunjukkan bahwa, faktor lingkungan
memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membedakan kualitas program di
lembaga PAUD, oleh karena itu guru harus berhati-hati dalam merencanakan dan
mengorganisir ruang kelas dan peralatannya.
Pandangan konstruktivis
yang dimotori oleh dua orang ahli psikologi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky
berasumsi bahwa anak adalah pembangun pengertian yang aktif. Anak
mengonstruksi/ membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan
tersebut diperoleh anak dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui
interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan.
Para ahli konstruktivis
meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia di sekeliling
mereka. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya
anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri
terhadap dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka dengan
menyintesis pengalaman- pengalaman baru dengan berbagai hal yang telah mereka pahami
sebelumnya.
Pendekatan
konstruktivis ini menekankan pada pentingnya keterlibatan anak dalam proses
pembelajaran. Untuk itu maka guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun berinteraksi
dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari anak
Panduan National
Association Education for the Young Children (NAEYC) dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice
(DAP)(1991) menyatakan bahwa anak- anak pada semua usia membutuhkan periode
tanpa interupsi untuk melakukan berbagai kegiatan yang meliputi investigasi dan
kegiatan pilihan (dikutip dari Luluk Asmawati, 2014: 3.7). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan kegiatan pilihan bagi anak adalah
menyiapkan lingkungan belajar dengan berbagai kegiatan pilihan yang merangsang
dan menantang meskipun bukan berarti harus dengan peralatan yang lengkap.
Persiapan
dan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak, para
penanggung jawab biasanya mulai dari peralatan dan persediaan dan hal lainnya
yang tercakup, sering kali harus membuat keputusan secara hati- hati, seperti
berikut ini.
a. Memilih dan menyediakan beberapa peralatan dan persediaan yang sesuai
perkembangan
b. Menata peralatan dan persediaan dalam
cara terorganisasi
c. Menciptakan jadwal harian secara rutin dan
konsisten dengan masa transisi yang fleksibel
Contoh kegiatan pembelajaran anak indoor
NO
|
NAMA SISWA
|
JENIS KELAMIN
|
1
|
ALFACHRIZY
|
L
|
2
|
BAYU ADITIO
|
L
|
3
|
ENDRIO
|
L
|
4
|
ARSYIL
|
L
|
5
|
RAFA AKMAL
|
L
|
6
|
RAHSYA
|
L
|
7
|
RIZKY M ILHAM
|
L
|
8
|
ABIL AHMAD
|
L
|
9
|
SHIFA
|
P
|
10
|
SEASILK
|
P
|
11
|
HASNA
|
P
|
12
|
KAYLA
|
P
|
13
|
MAUDY
|
P
|
14
|
RANIA
|
P
|
15
|
ZULFA
|
P
|
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
p
|
7
|
46.67%
|
l
|
8
|
53.33%
|
|
15
|
100%
|
Data siswa yang mampu
dalam hafalan
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
HAFALAN
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
p
|
7
|
46.67%
|
P
|
7
|
47%
|
l
|
8
|
53.33%
|
L
|
8
|
53%
|
|
15
|
100%
|
|
15
|
100%
|
Data siswa yang mulai
berkembang dan sudah berkembang dalam pembelajaran IQRA
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
HAFALAN
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
IQRA
|
MB
|
BERKEMBANG
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
p
|
7
|
46.67%
|
P
|
7
|
47%
|
P
|
4
|
3
|
7
|
47%
|
l
|
8
|
53.33%
|
L
|
8
|
53%
|
L
|
5
|
3
|
8
|
53%
|
|
15
|
100%
|
|
15
|
100%
|
|
9
|
6
|
15
|
100%
|
C.
Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
Standar Sarana dan
Prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Pengadaan sarana dan prasarana perlu
disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD.
1.
Prinsip:
a.
Aman,
nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.
b.
Sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
c.
Memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang
limbah/bekas layak pakai.
2.
Persyaratan
a.
PAUD Jalur Pendidikan Formal
1)
Luas
lahan minimal 300 m2.
2)
Memiliki
ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru, ruang
kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang
relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
3)
Memiliki
alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
4) Memiliki
fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat
mengembangkan berbagai konsep.
5)
Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
b.
PAUD
Jalur Pendidikan Nonformal
1)
Kebutuhan
jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan
kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 per perseta didik.
2)
Minimal
memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang
terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat
digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.
3)
Memiliki
sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia
yang dilayani.
4)
Memiliki
fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan
berbagai konsep.
5)
Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas
untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang
D.
Lingkungan belajar outdoor
Ada
dua alasan penting mengapa bermain outdoor
diperuntukkan anak usia dini. Pertama,
banyak kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan. Kedua, kebiasaan orang tua yang
menjauhkan bermain outdoor dari
anak-anak dan lebih memilih menggunakan komputer dan menonton televisi, orang
tua yang sibuk dan terlalu lelah dengan aktivitasnya, serta standar pendidikan
yang tinggi dan ketat menyebabkan anak jauh dari kegiatan bermain.
Bermain
outdoor sangat menyenangkan dan
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal yang paling penting dari
penataan lingkungan outdoor adalah
anak mendapatkan pengalaman yang unik. Misalnya, science, yang datang dengan
sendirinya secara natural, yaitu bereksplorasi dan mengobservasi dengan
tangannya sendiri. Anak dapat melihat tanaman-tanaman tumbuh dan mengikuti perubahan
musim. Anak-anak melihat tentang perubahan warna, memegang kulit kayu sebatang
pohon, mendengar suara jangkrik atau mencium udara setelah hujan turun,
anak-anak menggunakan semua perasaan mereka untuk belajar tentang dunianya.
Seni, musik, membaca, bermain peran, bermain konstruktif, bermain sosial dan
boneka juga dapat dibawa ke dalam semua area outdoor.
Tempat
yang besar adalah salah satu ciri dari lingkungan outdoor menjadi sempurna bagi
anak-anak untuk mengembangkan kemampuan otot-otot besar, misalnya berlari dan
memanjat. Menggunakan perlengkapan di area bermain juga dapat meningkatkan
ketahanan, keseimbangan, dan koordinasi tubuh.
Dalam
creative curriculum, lingkungan
bermain outdoor adalah hal yang
memerlukan perhatian yang sama dengan kegiatan di dalam kelas. Hal ini berarti
bahwa berbagai pengembangan dipelajari (sosial-emosional, kognitif, dan fisik)
yang dimasukkan dalam kegiatan indoor juga masuk dalam kegiatan outdoor.
Data
siswa dan jenis pembelajaran yang disukai
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
INDOOR
|
OUTDOOR
|
JUMLAH
|
RELATIF
|
p
|
7
|
46.67%
|
2
|
5
|
10
|
0.555556
|
l
|
8
|
53.33%
|
3
|
5
|
8
|
44.44%
|
|
15
|
100%
|
5
|
10
|
18
|
100.00%
|
E.
Tujuan anak belajar outdoor
1. Tujuan
Perkembangan Sosial Emosional
a. Mendemonstrasikan kemampuan sosial
dengan membantu merawat taman, berpartisipasi dalam permainan bersama teman
sebaya.
b. Berunding dan kompromi serta
kooperatif dengan sesama teman dalam menggunakan peralatan yang ada di arena
bermain, berbagi alat-alat seni, bermain kelompok.
c. Mengekspresikan
kreativitas, dengan membuat berbagai benda seni. mengembangkan permainan baru.
d. Mempertinggi
rasa percaya diri (mampu belajar untuk menggunakan motorik halus dan motorik
kasar).
e. Menambah
kemandirian, seperti mendaki sendiri atau turun dengan menggunakan tali tanpa
bantuan.
f. Menunjukkan
prestasi yang dibanggakan, seperti memperlihatkan kekuatan fisik, membawa hewan
peliharaan, membawa tumbuhan yang ditanam dari bibit.
2.
Tujuan
Perkembangan Kognitif.
a. Membuat keputusan (memilih sebuah aktivitas outdoor).
b. Merencanakan dan memiliki banyak ide
(bermain games, membangun balok, melakukan permainan tukang kayu, membuat karya
seni, menanam pohon).
c. Memecahkan
masalah (membuat terowongan di bukit pasir, dapat bermain dari satu alat
permainan ke alat permainan lainnya).
d. Menggali
pengalaman melalui berbagai peran, seperti menjadi sopir ambulans, mengecat
pagar dengan air, mencuci boneka atau menghidangkan makanan.
e. Dapat bekerja sama (bermain pasir
bersama dengan menambahkan sedikit air, berkejar-kejaran hingga menjadi basah).
f. Belajar
science (berjalan di alam terbuka, mengamati pertumbuhan tanaman, memperhatikan
hewan-hewan yang ada di alam bebas).
g.
Mengembangkan
pemahaman konsep awal matematika (menghitung lompatan atau loncatan, menghitung
jarak, mengukur tinggi pohon).
h.
Memperkaya
kosakata (bercakap-cakap di bak pasir atau pada saat menjadi tukang kayu,
memberikan nama baru pada tanaman, binatang dan benda-benda yang ditemukan di
alam terbuka).
3.
Tujuan
Perkembangan Fisik
a. Mengembangkan motorik kasar (mendaki,
bergelayutan, melompat, loncat tali dan berlari-lari).
b. Mengembangkan
motorik halus (bermain dengan air dan pasir, menggambar, melukis, mengumpulkan
benda-benda kecil).
c. Menambah
koordinasi gerakan dengan mata dan tangan (menangkap, melempar, pekerjaan
tukang kayu, menghias sisi jalan dengan kapur).
d. Mengatur
keseimbangan (mendaki, berayun, meluncur, menggunakan balok untuk berlatih
keseimbangan, menggunakan alat pelontar, melompat-lompat, berjalan di atas
permukaan yang berbeda).
e. Menambah kesadaran akan ruang dan
tempat (berayun, mendaki, menurun, masuk, keluar, di atas dan di bawah).
f. Menunjukkan
ketekunan dan ketahanan, bermain pada area mendaki, menancapkan ujung kuku pada
pohon.
Prinsip
– prinsip dalam pengelolaan lingkungan
a.Prinsip merefleksikan
selera anak (child’s tastes)
1) Dari sudut aktivitas yang
disediakan
2) Dari sudut dukungan
fasilitas
lingkungan belajar dapat sesuai dengan selera anak,
baik itu berkenaan dengan pilihan warna, pilihan bentuk, pilihan ukuran,
pilihan bahan, maupun berkenaan dengan variasi pilihan.
b. Prinsip berorientasi
pada optimalisasi perkembangan dan belajar anak
Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu, pembelajar
sepanjang hayat, quantum learning, pendekatan belajar melalui bermain,
pengorganisasian pesan-pesan pembelajaran.
c. Prinsip berpijak
pada efisiensi pembelajaran
Guru menguasai ruang lingkup pembelajaran, menguasai
berbagai cara mengaktifkan anak yang mendidik dan bermakna, menguasai
karakteristik perkembangan anak, kemampuan dalam mengendalikan dirinya sendiri
secara baik.
Prinsip Penataan Area
Bermain Outdoor Pada Anak Usia Dini
1.
Memenuhi
Aturan Keamanan
2.
Melindungi
dan Meningkatan Karakteristik Alamiah Anak
3.
Desain
Lingkungan Luar Kelas Harus Didasarkan pada Kebutuhan Anak
4.
Secara
Estetis Harus Menyenangkan
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengelolaan
berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai
arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen.
Menurut suharsimi arikunto(1990:2) pengelolaan adalah pengadministrasian,
pengaturan, atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang
berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar
atau pendidikan. Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Menurut Huta barat (1986) lingkungan belajar yaitu
lingkungan yang alami dan lingkungan sosial, lingkungan alami meliputi keadaan
suhu dan kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia.
Menurut dun dan dun (1999) kondisi belajar atau
lingkungan belajar dapat mempengaruhi konsentrasi dan penerimaan informasi bagi siswa, jadi lingkungan belajar adalah lingkungan
alami yang diciptakan oleh guru atau orang lain yang bisa menambah konsentrasi
siswa dan pengetahuan siswa secara efisien.
Persiapan dan
pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak, para penanggung
jawab biasanya mulai dari peralatan dan persediaan dan hal lainnya yang
tercakup, sering kali harus membuat keputusan secara hati- hati, seperti
berikut ini.
a. Memilih dan menyediakan beberapa
peralatan dan persediaan yang sesuai perkembangan
b. Menata peralatan dan persediaan dalam
cara terorganisasi
c.
Menciptakan jadwal harian secara rutin dan konsisten dengan masa transisi yang
fleksibel.
Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan
dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD.
1.
Prinsip:
a.
Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.
b.
Sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c. Memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang
limbah/bekas layak pakai.
2.
Persyaratan
a. PAUD Jalur Pendidikan Formal
1)
Luas lahan minimal 300 m2.
2)
Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru,
ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya
yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
3)
Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
4) Memiliki
fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat
mengembangkan berbagai konsep.
5) Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
b.
PAUD Jalur Pendidikan Nonformal
1)
Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah
anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 per perseta
didik.
2) Minimal
memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang
terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat
digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.
3)
Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan
kelompok usia yang dilayani.
4)
Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat
mengembangkan berbagai konsep.
5) Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas
untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang.
Ada dua alasan penting
mengapa bermain outdoor diperuntukkan
anak usia dini. Pertama, banyak
kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan. Kedua, kebiasaan orang tua yang menjauhkan bermain outdoor dari anak-anak dan lebih memilih
menggunakan komputer dan menonton televisi, orang tua yang sibuk dan terlalu
lelah dengan aktivitasnya, serta standar pendidikan yang tinggi dan ketat
menyebabkan anak jauh dari kegiatan bermain.
Tujuan anak belajar outdoor
1.
Tujuan Perkembangan Sosial Emosional
2.
Tujuan perkembangan kognitif
3.
Tujuan perkembangan fisik.
DAFTAR
PUSTAKA
http://dzakiyah13.blogspot.co.id/2013/04/pengelolaan-lingkungan-belajar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar